A.
TRADISI
SEJARAH MASYARAKAT INDONESIA MASA PRA AKSARA
1.
CARA
MASYARAKAT MEWARISKAN MASA LALUNYA
Dilakukan melalui tradisi lisan, dimana
pengertian tradisi lisan itu sendiri adalah sebagai berikut.
Tradisi lisan
merupakan tradisi yang terkait dengan kebiasaan/ adat istiadat, menggunakan
bahasa lisan dalam menyampaikan pengalaman sehari-hari dari seseorang kepada
orang lain.
Tradisi lisan
dapat juga diartikan sebagai penggungkapan lisan dari satu generasi ke generasi
yang lain,dst.
Menurut
Kuntowijoyo,tradisi lisan merupakan sumber sejarah yang merekam masa lampau
masyarakat manusia.
Tradisi sejarah masyarakat sebelum
menggenal tulisan merupakan tradisi dalam mewariskan pengalaman masa lalu serta
pengalaman hidup sehari-hari yang terkait dengan adat istiadat, kepercayaan,
nilai moral pada generasi mereka sendiri dan generasi yang akan datang melalui
tradisi lisan, peringatan-peringatan berupa bangunan serta alat hidup sehari-hari.
Tradisi lisan mengandung kejadian-kejadian sejarah, nilai-nilai moral,
keagamaan, adat istiadat, cerita khayalan, peribahasa, lagu dan mantra, serta
petuah leluhur.
Tradisi lisan ada sejak manusia
memiliki kemampuan berkomunikasi meskipun belum mengenal tulisan tetapi mereka
telah mampu merekam pengalaman masa lalunya.
Sebagai contoh tradisi lisan:
- Aktivitas bercocok tanam sampai sekarang masih ada karena diwariskan secara bertahap dan turun temurun dari nenek moyang kita kepada generasi selanjutnya.
- Aktivitas membuat gerabah yang mulai dikenal pada masa bercocok tanam yang semakin berkembang, Bagaimana cara mereka mewariskan keahliannya?
1. Cara
Masyarakat Mewariskan Masa Lulunya
Proses pewarisan kebudayaan pada
masyarakat yang eblum mengenal tulisan dilakukan melalui keluarga dan
masyarakat atau orang lain disekitarnya.
a. Keluarga
Penggenalan dilakukan dari hal-hal
sederhana yang mudah dipahami seperti:
aspek-aspek
material (benda buatan manusia yang dapat diraba dan dilihat)
hingga proses
pengenalan yang lebih rumit yaitu kebudayaan non material (kepercayaan, nilai,
norma, dan bahasa).
Pewarisan tersebut dilakukan dengan
cara sosialisasi adat istiadat/kebiasaan baik secara:
langsung
(secara lisan diberitahukan mengenai tradisi dan adat istiadat yang berlaku)
tidak
langsung (dengan memberi contoh dalam hal perilaku sehari-hari).
Selain
disampaiakan secara lisan, juga dilakukan melalui cerita atau dongeng (sebab
dalam dongeng disisipkan pesan-pesan mengenai nilai-nilai atau sesuatu yang
dipandang baik untuk dilakukan maupun mengenai sesuatu yang dipandang tidak
boleh dilakukan.
b. Masyarakat
Masyarakat merupakan sekelompok orang
yang memiliki kesamaan budaya, wilayah identitas, dan berinteraksi dalam suatu
hubungan sosial yang tersetruktur.
Masyarakat mewariskan masa lalunya
melalui:
Tradisi dan
adat istiadat (nilai,norma yang mengatur perilaku dan hubungan antar individu
dalam kelompok).
Adat istiadat yang berkembang di suatu
masyarakat harus dipatuhi oleh anggota masyarakat di daerah tersebut. Adat
istiadat sebagai sarana mewariskan masa lalu terkadang yang disampaikan tidak
sama persis dengan yang terjadi di masa lalu tetapi mengalami berbagai
perubahan sesuai perkembangan zaman. Masa lalu sebagai dasar untuk terus
dikembangkan dan diperbaharui.
Nasihat dari
para leluhur, dilestarikan dengan cara menjaga nasihat tersebut melalui ingatan
kolektif anggota masyarakat dan kemudian disampaikan secara lisan turun temurun
dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Peranan orang
yang dituakan (pemimpin kelompok yang memiliki kemampuan lebih dalam
menaklukkan alam) dalam masyarakat.
Contoh:
Adanya keyakinan bahwa roh-roh harus
dijaga, disembah, dan diberikan apa yang disukainya dalam bentuk sesaji.
Pemimpin kelompok menyampaikan secar
lisan sebuah ajaran yang harus ditaati oleh anggota kelompoknya.
Membuat suatu
peringgatan kepada semua anggota kelompok masyarakat berupa lukisan serta
perkakas sebagai alat bantu hidup serta bangunan tugu atau makam. Semuanya itu
dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya hanya dengan melihatnya.
Contoh:
Benda-benda (kapak lonjong) dan
berbagai peninggalan manusia purba dapat menggambarkan keadaan zaman masyarakat
penggunanya.
Kepercayaan
terhadap roh-roh serta arwah nenek moyang dapat termasuk sejarah lisan sebab
meninggalkan bukti sejarah berupa benda-benda dan bangunan yang mereka buat.
Seperti:
Menhir (tugu batu), merupakan tugu
peringgatan bagi generasi yang akan datang behwa di tugu tersebut terdapat
arwah nenek moyang yang harus disembah.
2.
TRADISI
SEJARAH MASYARAKAT INDONESIA SEBELUM MENGENAL TULISAN
a. Sistem
kepercayaan
b. Sistem
kemasyarakatan dan organisasi sosial
c. Sistem
mata pencaharian
d. Sistem
peralatan dan perlengkapan hidup ( teknologi )
e. Sistem
Bahasa
f. Sistem
kesenian
g. Ilmu
Pengetahuan
3.
JEJAK
SEJARAH INDONESIA
Folklor,
Mitologi, Legenda, Upacara, dan Lagu-lagu digolongkan dalam teks lisan sebagai
bagian kebudayaan lisan dan dapat dijadikan sebagai sumber untuk penulisan
sejarah (historiografi) setelah dibandingkan dengan sumber-sumber lain yang
sezaman. Terdapat sejarah di dalamnya yaitu berupa ingatan kolektif yang
tersimpan dalam ingatan manusia yang diwariskan secara turun temurun melalui
tradisi lisan.
a.
Folklor
Folklor
adalah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang tersebar atau diwariskan secara
turun temurun. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Folklor adalah adat
istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun temurun,
tetapi tidak dibukukan.
Ciri-ciri
folklor:
- Folkor diciptakan, disebarkan, dan diwariskan secara lisan (dari mulut ke mulut) dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Folklor bersifat tradisional, tersebar di wilayah (daerah tertentu) dalam bentuk relatif tetap, disebarkan diantara kelompok tertentu dalam waktu yang cukup lama(paling sedikit 2 generasi).
- Folklor menjadi milik bersama dari kelompok tertentu, karena pencipta pertamanya sudah tidak diketahui sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya (tidak diketahui penciptanya)
- Folklor mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama. Diantaranya sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan yang terpendam.
- Folklor terdiri atas banyak versi
- Mengandung pesan moral
- Mempunyai bentuk/berpola
- Bersifat pralogis
- Lugu, polos
Menurut
Jan Harold Brunvard, ahli folklor dari Amerika Serikat, folklor dapat
digolongkan ke dalam tiga kelompok besar berdasarkan tipenya, yaitu:
1)
Folklor Lisan
Merupakan
folkor yang bentuknya murni lisan, yaitu diciptakan, disebarluaskan, dan
diwariskan secara lisan. folkor jenis ini terlihat pada:
(a)
Bahasa rakyat adalah bahasa yang dijadikan sebagai alat komunikasi
diantara rakyat dalam suatu masyarakat atau bahasa yang dijadikan sebagai
sarana pergaulan dalam hidup sehari-hari. Seperti: logat,dialek, kosa kata
bahasanya, julukan.
(b)
Ungkapan tradisional adalah kelimat pendek yang disarikan dari
pengalaman yang panjang. Peribahasa biasanya mengandung kebenaran dan
kebijaksanaan. Seperti, peribahasa, pepatah.
(c)
Pertanyaan tradisional (teka-teki)
Menurut
Alan Dundes, teka-teki adalah ungkapan lisan tradisional yang mengandung satu
atau lebih unsur pelukisan, dan jawabannya harus diterka.
(d)
Puisi rakyat adalah kesusastraan rakyat yang sudah memiliki bentuk
tertentu. Fungsinya sebagai alat kendali sosial, untuk hiburan, untuk memulai suatu
permainan, mengganggu orang lain. Seperti: pantun, syair, sajak.
(e)
Cerita prosa rakyat, merupakan suatu cerita yang disampaikan secara
turun temurun (dari mulut ke mulut) di dalam masyarakat.Seperti: mite, legenda,
dongeng.
(f)
Nyanyian rakyat, adalah sebuah tradisi lisan dari suatu masyarakat yang
diungkapkan melalui nyanyian atau tembang-tembang tradisional. Berfungsi
rekreatif, yaitu mengusir kebosanan hidup sehari-hari maupun untuk menghindari
dari kesukaran hidup sehingga dapat manjadi semacam pelipur lara. Seperti:
lagu-lagu dari berbagai daerah.
2)
Folklor Sebagian Lisan
Merupakan
folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Folklor
ini dikenal juga sebagai fakta sosial. Yang termasuk dalam folklor sebagian
lisan, adalah:
(a)
Kepercayaan rakyat (takhyul), kepercayaan ini sering dianggap tidak
berdasarkan logika karena tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah,
menyangkut kepercayaan dan praktek (kebiasaan). Diwariskan melalui media tutur
kata.
(b)
Permainan rakyat, disebarkan melalui tradisi lisan dan banyak disebarkan
tanpa bantuan orang dewasa. Contoh: congkak, teplak, galasin, bekel, main
tali,dsb.
(c)
Teater rakyat
(d)
Tari Rakyat
(e)
Pesta Rakyat
(f)
Upacara Adat yang berkembang di masyarakat didasarkan oleh adanya
keyakinan agama ataupun kepercayaan masyarakat setempat. Upacara adat biasanya
dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada kekuatan-kekuatan yang
dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan kepada mereka.
3)
Folklor Bukan Lisan
Merupakan
folklor yang bentuknya bukan lisan tetapi cara pembuatannya diajarkan secara
lisan. Biasanya meninggalkan bentuk materiil(artefak). Yang termasuk dalam
folklor bukan lisan:
(a)
Arsitektur rakyat
(prasasti, bangunan-banguna suci)
Arsitektur
merupakan sebuah seni atau ilmu merancang bangunan.
(b)
Kerajinan tangan rakyat
Awalnya
dibuat hanya sekedar untuk mengisi waktu senggang dan untuk kebutuhan rumah
tangga.
(c)
Pakaian/perhiasan tradisional yang khas dari masing-masing daerah
(d)
Obat-obatan tradisional (kunyit dan jahe sebagai obat masuk angin)
(e)
Masakan dan minuman tradisional
b.
Mitologi
Mite
(myth)
berarti
cerita yang memiliki latar belakang sejarah, dipercayai oleh masyarakat sebagai
cerita yang benar-benar terjadi, dianggap suci, banyak mengandung hal-hal gaib,
dan umumnya ditokohi oleh dewa atau setengah dewa.
Mitologi
adalah
ilmu tentang kesusastraan yang menagndung konsep tentang dongeng suci,
kehidupan para dewa, dan makhluk halus dalam suatu kebudayaan.
Peristiwanya
terjadi di dunia lain, atau di dunia
yang bukan dunia seperti yang kita kenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau
yang lama.
Cerita
yang dimilki setiap suku bangsa di indonesia biasanya terkait dengan sejarah
kehidupan masyarakat di suatu daerah, seperti awal mula masyarakat menempati
suatu daerah. Kisah tentang terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama,
terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, dan gejala alam serta
petualangan para dewa, kisah percintaan, hubungan kekerabatan, kisah perang
mereka, dunia dewata, makanan pokok.
Cerita-cerita
yang terkandung dalam mite bukanlah sejarah tetapi didalamnya terdapat
unsur-unsur sejarahnya.
Contoh
mite:
Dewi
Sri dari Jawa Tengah dan Bali
Nyai
Roro Kidul Laut Selatan dari Yogyakarta
Mitos
di Indonesia dibagi menjadi 2 macam berdasarkan tempat asalnya, yakni:
1)
Asli Indonesia
2)
Berasal dari luar negeri terutama dari India, Arab, dan kawasan Laut Tengah.
Mitos
dari luar negeri umumnya sudah mengalami pengolahan lebih lanjut sehingga tidak
terasa lagi keasingannya, karena telah mengalami proses adaptasi.
Sebagai
contoh:
Orang
jawa telah mengadopsi dewa-dewa serta pahlawan-pahlawan Hindu sebagai dewa dan
pahlawan Jawa. Orang Jawa percaya bahwa mitos yang berasal dari epos
Ramayana dan Mahabarata terjadi di pulau Jawa dan bukan di India.
c.
Legenda
Legenda
adalah prosa rakyat yang dianggap oleh yang punya cerita sebagai suatu kejadian
yang sungguh-sungguh pernah terjadi.
- Legenda bersifat sekuler (keduniawian) terjadi pada masa yang belum begitu lampau dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal sekarang.
- Legenda ditokohi oleh manusia, meskipun ada kalanya mempunyai sifat luar biasa, dan seringkali dibantu mahkluk-mahkluk gaib.
- Legenda sering dianggap sebagai “sejarah” kolektif (folk history). Meskipun dianggap sebagai sejarah tetapi kisahnya tidak tertulis maka legenda dapat mengalami distorsi sehingga seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya.
- Untuk menjadikan legenda sebagai sumber sejarah maka harus menghilangkan bagian-bagian yang menagndung sifat-sifat folklor, seperti bersifat pralogis (tidak termasuk dalam logika) dan rumus-rumus tradisi.
- Legenda diwariskan secara turun temurun, biasanya berisi petuah atau petunjuk mengenai yang benar dan yang salah. Dalam legenda dimunculkan pula berbagai sifat dan karakter manusia dalam menjalani kehidupannya yaitu sifat yang baik dan yang buruk, sifat yang benar dan yang salah untuk selanjutnya dijadikan pedoman bagi generasi selanjutnya.
Contoh
Legenda:
Legenda
Sunan Bonang, Tangkuban Perahu (Sangkuriang) dari Jawa Barat, Putmaraga dari
Banjarmasin (Kalimantan), Pinisi (Sawerigading) dari Sulawesi, Hang Tuah dari
Aceh.
Jan
Harold Brunvard menggolongkan legenda menjadi 4 kelompok, yaitu:
(1)
Legenda keagamaan (religious legend)
Termasuk
dalam legenda ini adalah legenda orang-orang suci atau saleh (hagiografi).
Hagiografi meskipun sudah tertulis tetapi masih merupakan folklor sebab versi
asalnya masih tetap hidup diantara rakyat sebagai tradisi lisan.
Contoh:
Legenda Wali Songo.
(2)
Legenda Alam Gaib
Legenda
ini berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami
seseorang, berfungsi untuk meneguhkan kebenaran”takhyul” atau kepercayaan
rakyat.
Contoh:
kepercayaan terhadap adanya hantu, gendoruwo, sundelbolong, dan tempat-tempat
gaib.
(3)
Legenda Setempat
Legenda
yang berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat, dan bentuk topografi, yaitu
bentuk permukaan suatu daerah.
Contoh:
terbentuknya Danau Toba.
(4)
Legenda Perseorangan
Cerita
mengenai tokoh-tokoh tertentu yang dianggap oleh yang empunya cerita
benar-benar pernah terjadi.
Conto:
Legenda Panji yang berasal dari tradisi lisan yang sering berintegrasi dengan
dongeng “Ande-ande Lumut” dan dongeng ‘Kethek Ogleng”
d.
Dongeng (folktale)
Dongeng
merupakan prosa rakyat yang tidak
dianggap benar-benar terjadi oleh yang mempunyai cerita. Dongeng tidak terikat
oleh waktu maupun cerita.
Dongeng
adalah”cerita pendek” kolektif kesusastraan lisan.
Diceritakan
untuk hiburan, meskipun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan
pelajaran (moral), atau bahkan sindiran.
Tokohnya,
biasanya binatang (fables), seperti Si Kancil, maupun manusia seperti Bawang
Merah dan Bawang Putih.
Terkadang
ada pergeseran sebuah legenda menjadi dongeng.
Contoh
:
“Terjadinya
Gunung Tangkuban Perahu” ke dongeng “Sangkuriang” dapat terjadi karena kini
cerita Sangkuriang oleh sebagian penduduk Sunda sudah dianggap fiktif.
e.
Lagu-lagu Daerah
Lagu adalah syair-syair yang
ditembangkan dengan irama yang menarik.
Lagu
daerah adalah lagu yang menggunakan bahasa daerah.
Ciri-cirinya:
- Terdiri atas kata-kata dan lagu yang keduanya tidak dapat dipisahkan
- Sifatnya mudah berubah-ubah (dapat diolah menjadi nyanyian pop)
- Beredar secara lisan diantara kolektif tertentu dan memiliki banyak varian, berbentuk tradisional.
- Bentuknya sangat beraneka ragam, yakni dari yang paling sederhana sampai yang cukup rumit.
Contoh:
Lir-ilir,
Bungong Jeumpa, Ampar-ampar Pisang, Yamko Rambe Yamko, Butet, Kampung nan Jauh
di Mato.
Fungsi
nyanyian rakyat:
1.
Kreatif, yaitu untuk menghilangkan kebosanan hidup sehari-hari untuk menghibur
diri dan untuk mengiringi permainan anak-anak.
2.
Sebagai pembangkit semangat, yaitu nyanyian untuk bekerja.
Holopis
Kuntul Baris (Jawa Timur), rambate Rata(Sulawesi Selatan)
3. Sebagai
protes sosial, yaitu proses mengenai ketidakadilan dalam masyarakat atau negara
bahkan dunia.
4. Untuk
memelihara sejarah setempat dan klan.
“hoho”(Nias),untuk
memelihara silsilah klan besar orang Nias yang disebut Mado.
f.
Upacara
Upacara
merupakan rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan-aturan
tertentu (adat istiadat, agama, dan kepercayaan)
Contoh:
Upacara
penguburan, mendirikan rumah, membuat perahu, upacara memulai perburuan, dan
upacara perkabungan, upacara pengukuhan kepala suku, upacara sebelum berperang.
Fungsi
Upacara:
1. Upacara
adat biasanya dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih pada
kekuatan-kekuatan yang dianggap memberikan perlindungan dan kesejahteraan pada
mereka.
Upacara
tersebut juga dimaksudkan untuk menghindarkan diri dari kemarahan
kekuatan-kekuatan gaib yang seringkali diwujudkan dalam berbagai malapetaka dan
bencana alam. Biasanya terkait dengan legenda yang berkembang di masyarakat
tentang asal usul mereka.
2.
Sebagai alat legitimasi tentang keberadaan mereka seperti tertuang dalam cerita
rakyat.
Contoh:
Upacara
“Kasodo” oleh masyarakat Tengger di Sekitar Gunung Bromo.
Upacara
“Larung Samudra” yaitu melarung makanan ke tengah laut.
Upacara
“ Seren Taun” di daerah Kuningan
Upacara
“ Mapang Sri” di daerah Parahyangan
Macam-macam
upacara:
- Upacara Membuat Rumah
Rumah
dipandang memilki nilai magis tersendiri yang diyakini memiliki kekuatan dan
melindungi kehidupan manusia. Sehingga, ketika pertama kali mendirikan rumah
mereka menggunakan berbagai macam sesaji yang dipercayai dapat mendukung
keselamatan keluarga atau orang yang mendirikan rumah, seperti di daerah
Toraja, Bali, dan Madura.
- Upacara kematian/ Penguburan
Muncul
ketika adanya kepercayaan bahwa roh orang yang meninggal akan pergi ke suatu
tempat yang tidak jauh dari lingkungan dimana ia pernah tinggal. Contoh:
tradisi penguburan di suku Toraja.
- Upacara Perkawinan
Pada
suku Minangkabau, menganut garis keturunan matrilineal, sehingga upacara
perkawinan dilangsungkan di rumah keluarga istri. Berbeda dengan suku Batak dan
Bali yang menganut garis keturunan patrilineal dimana upacara perkawinan
dilangsungkan di rumah keluarga laki-laki.
a. Folklore
Folklore merupakan adapt istiadat tradisional dan cerita
rakyat yang diwariskan secara turun temurun dan tidak dibukukan.
Folklore Lisan : bahasa rakyat, teka-teki, puisi, cerita
rakyat, Nyanyian rakyat.
Folklore
bukan lisan : Arsitektur rakyat, kerajinan tangan, pakaian, obat-obatan
tradisional, perhiasan dsb.
b. Mitologi
Ilmu
Kesusasteraan tentang dongeng kehidupan para dewa dan mahluk halus dalam suatu
kebudayaan juga menceritakan tentang asal usul alam semesta, manusia dan bangsa
yang diungkap secara ghaib.
c. Legenda
Merupakan
cerita rakyat pada masa lampau yang masih memiliki hubungan dengan peristiwa
sejarah.
d. Upacara
Merupakan
rangkaian kegiatan yang terikat oleh aturan tertentu berdasarkan adat istiadat
dan agama
(
kepercayaan ).
e. Lagu
daerah
Merupakan
lagu yang menggunakan bahasa daerah.
Kelompok
VI
Tradisi Sejarah Sesudah Mengenal Tulisan
Kepulauan Indonesia, pada zaman kuno
terletak pada jalur perdagangan antara dua pusat perdagangan kuno, yaitu India
dan Cina. Letaknya dalam jalur perdagangan internasional ini memberikan
pengaruh yang sangat besar pada perkembangan sejarah kuno Indonesia. Kehadiran
orang India di kepulauan Indonesia memberikan pengaruh yang sangat besar pada
perkembangan di berbagai bidang di wilayah Indonesia.
Hal itu terjadi melalui proses akulturasi
kebudayaan, yaitu proses percampuran antara unsur kebudayaan yang satu
dengan kebudayaan yang lain sehingga terbentuk kebudayaan yang baru tanpa
menghilangkan sama sekali masing-masing ciri khas dari kebudayaan lama.
Pengaruh
India yang masuk ke Indonesia antara lain terlihat dalam bidang:
1. Budaya
Pengaruh budaya India di Indonesia
sangat besar bahkan begitu mudah diterima di Indonesia hal ini dikarenakan
unsur-unsur budaya tersebut telah ada dalam kebudayaan asli bangsa Indonesia,
sehingga hal-hal baru yang mereka bawa mudah diserap dan dijadikan pelengkap.
Pengaruh
kebudayaan India dalam kebudayaan Indonesia tampak pada:
- Seni Bangunan
Akulturasi dalam seni bangunan
tampak pada bentuk bangunan candi.
Di India, candi merupakan kuil untuk memuja
para dewa dengan bentuk stupa.
Di
Indonesia, candi selain sebagai tempat pemujaan,
juga berfungsi sebagai makam raja atau untuk tempat menyimpan abu jenazah sang
raja yang telah meninggal. Candi sebagai tanda penghormatan masyarakat kerajaan
tersebut terhadap sang raja.
Contohnya:
Ø
Candi Kidal (di Malang), merupakan tempat Anusapati di perabukan.
Ø
Candi Jago (di Malang), merupakan tempat Wisnuwardhana di perabukan.
Ø
Candi Singosari (di Malang) merupakan tempat Kertanegara diperabukan.
Di atas makam sang raja biasanya
didirikan patung raja yang mirip (merupakan perwujudan) dengan dewa yang
dipujanya. Hal ini sebagai perpaduaan antara fungsi candi di India dan tradisi
pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia. Sehingga, bentuk bangunan
candi di Indonesia pada umumnya adalah punden berundak, yaitu
bangunan tempat pemujaan roh nenek moyang.
Contoh ini dapat dilihat pada
bangunan candi Borobudur.
- Seni rupa, dan seni ukir.
Akulturasi dalam bidang seni rupa,
dan seni ukir terlihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan
pada bagian dinding candi.
Sebagai contoh: relief yang
dipahatkan pada Candi Borobudur bukan hanya menggambarkan riwayat sang budha
tetapi juga terdapat relief yang menggambarkan lingkungan alam Indonesia.
Terdapat pula relief yang menggambarkan bentuk perahu bercadik yang
menggambarkan kegiatan nenek moyang bangsa Indonesia pada masa itu.
- Seni Hias
Unsur-unsur India tampak pada
hiasan-hiasan yang ada di Indonesia meskipun dapat dikatakan secara keseluruhan
hiasan tersebut merupakan hiasan khas Indonesia.
Contoh hiasan : gelang, cincin,
manik-manik.
- Aksara/tulisan
Berdasarkan bukti-bukti tertulis
yang terdapat pada prasasti-prasasti(abad 5 M) tampak bahwa bangsa Indonesia
telah mengenal huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Huruf Pallawa
yang telah di-Indonesiakan dikenal dengan nama huruf Kawi. Sejak
prasasti Dinoyo (760 M) maka huruf Kawi ini menjadi huruf yang dipakai di
Indonesia dan bahasa Sansekerta tidak dipakai lagi dalam prasasti tetapi yang
dipakai bahasa Kawi.Prasasti Dinoyo berhubungan erat dengan Candi Badut
yang ada di Malang.
- Kesusastraan
Setelah kebudayaan tulis seni
sastrapun mulai berkembang dengan pesat.
Seni
sastra berbentuk prosa dan tembang
(puisi). Tembang jawa kuno umumnya disebut kakawin. Irama
kakawin didasarkan pada irama dari India.
Berdasarkan isinya, kesusastraan
tersebut terdiri atas kitab keagamaan (tutur/pitutur), kitab hukum, kitab
wiracarita (kepahlawanan) serta kitab cerita lainnya yang bertutur mengenai
masalah keagamaan atau kesusilaan serta uraian sejarah, seperti
Negarakertagama.
Bentuk wiracarita ternyata
sangat terkenal di Indonesia, terutama kisah Ramayana dan Mahabarata. Kisah
India itu kemudian digubah oleh para pujangga Indonesia, seperti Baratayudha
yang digubah oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh. Berkembangnya karya sastra,
terutama yang bersumber dari kisah Mahabarata dan Ramayana, telah melahirkan
seni pertunjukan wayang kulit(wayang purwa).
Pertunjukkan wayang banyak
mengandung nilai yang bersifat mendidik. Cerita dalam pertunjukkan wayang
berasal dari India, tetapi wayangnya sendiri asli Indonesia. Bahkan muncul pula
tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia seperti tokoh punakawan Semar,
Gareng, Petruk, dan Bagong. Tokoh-tokoh ini tidak ditemukan di India.
2.
Pemerintahan
Sebelum
kedatangan bangsa India,
bangsa Indonesia telah mengenal sistem pemerintahan tetapi masih secara
sederhana yaitu semacam pemerintahan di suatu desa atau daerah tertentu dimana
rakyat mengangkat seorang pemimpin atau kepala suku. Orang yang dipilih
sebagai pemimpin biasanya adalah orang yang senior, arif, berwibawa, dapat
membimbing serta memiliki kelebihan tertentu , termasuk dalam bidang ekonomi
maupun dalam hal kekuatan gaib atau kesaktian.
Masuknya
pengaruh India
menyebabkan muncul sistem pemerintahan yang berbentuk kerajaan, yang
diperintah oleh seorang raja secara turun-temurun. Peran raja di Indonesia
berbeda dengan di India dimana raja memerintah dengan kekuasaan mutlak untuk
menentukan segalanya. Di Indonesia, raja memerintah atas nama desa-desa dan
daerah-daerah. Raja bertindak ke luar sebagai wakil rakyat yang mendapat
wewenang penuh. Sedangkan ke dalam, raja sebagai lambang nenek moyang yang
didewakan.
3. Sosial
Kehidupan sosial masyarakat di
Indonesia mengikuti perkembangan zaman yang ada. Hal ini dikarenakan masyarakat
Indonesia menerima dengan terbuka unsur-unsur yang datang dari luar, tetapi
perkembangannya selalu disesuaikan dengan tradisi bangsa Indonesia sendiri.
Masuknya
pengaruh India di
Indonesia menyebabkan mulai adanya penerapan hukuman terhadap para
pelanggar peraturan atau undang-undang juga diberlakukan. Hukum dan Peraturan
menunjukkan bahwa suatu masyarakat itu sudah teratur dan rapi. Kehidupan sosial
masyarakat Indonesia juga tampak pada sistem gotong-royong.
Dalam perkembangannya kehidupan
sosial masyarakat Indonesia distratifikasikan berdasarkan kasta dan
kedudukan dalam masyarakat (mulai mengenal sistem kasta)
4.
Kepercayaan
Sebelum
pengaruh India
berkembang di Indonesia, masyarakat telah mengenal dan memiliki kepercayaan,
yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang dan benda-benda besar (animisme dan
dinamisme).
Ketika agama dan kebudayaan
Hindu-Budha tumbuh dan berkembang, bangsa Indonesia mulai menganut agama
Hindu-Budha meskipun unsur kepercayaan asli tetap hidup sehingga kepercayaan
agama Hindu-Budha bercampur dengan unsur penyembahan roh nenek moyang. Hal ini
tampak pada fungsi candi di Indonesia.
REKAMAN
TERTULIS dalam TRADISI SEJARAH
Zaman sejarah di Indonesia diawali
sejak abad ke-5 M setelah masuknya pengaruh India (Hindu-Budha). Mengenal
tulisan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi sebuah bangsa. Hal ini
dikarenakan dengan tulisan mereka dapat mencatat berbagai peristiwa yang
terjadi pada masanya sehingga dapat menyebarkan dan mewariskan berbagai macam
tradisi, nilai, kepercayaan, dan budayanya kepada masyarakat di sekitarnya
maupun generasi penerus. Bukti-bukti tertulis yang ditinggalkan sehingga dapat
dibaca dan dipelajari oleh generasi selanjutnya, sehingga mereka dapat memahami
dan menafsirkan kehidupan generasi terdahulu dan memperkuat akar dan jati diri
masyarakat yang bersangkutan. Di antara bukti-bukti tertulis itu terdapat
prasasti, kitab-kitab agama, karya-karya sastra dan sebagainya.
1.
PRASASTI
Prasasti adalah peninggalan tertulis yang
dipahatkan dan dilukiskan pada bahan yang tidak mudah musnah, seperti batu,
logam, dan gading.
Pada umumnya prasasti menuliskan
suatu peristiwa yang cukup penting pada masa lampau. Prasasti biasanya dibuat
atas perintah raja yang berkuasa.
Tujuan pembuatan prasasti adalah untuk
mengabadikan suatu peristiwa penting yang dialami oleh seorang raja atau sebuah
kerajaan.
Contoh
prasasti pada awal perkembangan kebudayaan Hindu-Budha.
a.
Prasasti Kutai di Kalimantan Timur
Prasasti berupa tujuh buah yupa(tugu
batu) yang diperkirakan berasal dari tahun 400 M, berhuruf Pallawa, dan berbahasa
Sansekerta.
Isinya, peringatan upacara kurban agama
Hindu yang diperintahkan oleh Raja Mulawarman, Putra Aswawarman, dan cucu
Kudungga.
b. Prasasti
Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat
Prasasti ini berhuruf Pallawa dan berbahasa
Sansekerta.
Contohnya: Prasasti Ciaruteun
(pahatan telapak kaki dan tulisan), Prasasti Kebon Kopi (pahatan telapak
kaki gajah dan tulisan), Prasasti Jambu (pujian terhadap Purnawarman),
Prasasti Pasir Awi (memuat syair pujian terhadap Raja Purnawarman),
Prasasti Tugu (berita tentang penggalian saluran Sungai Gomati),
Prasasti Muara Cianten, Prasasti Cidang Hiang.
c.
Prasasti Kerajaan Sriwijaya
Prasasti ini berhuruf Pallawa dan berbahasa
Melayu Kuno.
Contohnya: Prasasti Kedukan Bukit
(Dapunta Hyang menaklukkan beberapa daerah), Prasasti Talang tuo
(perintah Dapunta Hyang Sri Jayanaga untuk kemakmuran semua makhluk), Prasasti Telaga
Batu (berisi kutukan kepada siapa saja yang tidak setia pada raja),
Prasasti Kota Kapur (berisi permohonan kepada dewa untuk menjaga
Sriwijaya dan menghukum para penghianat Sriwijaya).
d.
Prasasti Kerajaan Mataram Kuno
Prasasti Canggal (654
Saka/732 M), menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa, mengenai
pendirian sebuah lingga atas perintah Raja Sanjaya di atas bukit Kunjarakunja.
Prasasti Matyasih (prasasti
Kedu) (829 Saka/907 M), berisi tentang raja-raja yang memerintah sebelum Dyah
Balitung.
Prasasti Ritihang, berbahasa
Jawa Kuno ditulis dengan huruf Pallawa berangka tahun 863 Saka/ 914 M.
e.
Prasasti Kerajaan Syailendra
Prasasti Kalasan, berangka
tahun 700 Saka (778 M), berbahasa Sansekerta, dan ditulis dengan huruf
Pra-Nagari.
Prasasti Klurak (dekat
Prambanan), berangka tahun 704 Saka (782 M), ditulis dengan bahasa Sansekerta
dan huruf Pra-Nagari. Mengenai pembuatan arca Manjusri.
2. KITAB
Kitab merupakan sebuah karya sastra
para pujangga pada masa lampau yang dapat dijadikan petunjuk untuk mengungkap
suatu peristiwa di masa lampau. Para pujangga biasanya menulis atas perintah
raja. Itulah sebabnya isi tulisannya banyak menulis keagungan dan kebesaran
raja yang bersangkutan. Diantara kitab-kitab yang terkenal pada masa kerajaan
Hindu-Budha:
1.) Pada
zaman Kediri dihasilkan kitab:
- Arjunawiwaha
Merupakan karya Mpu Kanwa pada tahun
1030 M, pada masa pemerintahan Airlangga.
Isinya meriwayatkan Arjuna yang
bertapa untuk mendapatkan senjata guna keperluan perang melawan Kurawa.
- Kresnayana
Karya Mpu Triguna. Memuat riwayat
Kresna semasa kecil. Cerita yang mirip dengan Kresnayana adalah cerita dalam
kitab Hariwangsa karya Mpu Panuluh, yang digubah pada zaman Raja Jayabaya, dan
berisi kisah perkawinan Kresna dengan Dewi Rukhimi.
- Smaradahana
Karya Mpu Dharmaja pada masa Sri
Kameswara. Mengisahkan hilangnya suami istri Dewa Kama dan Dewi Ratih karena
api yang keluar dari mata ketiga Dewa Syiwa.
- Baratayudha
Karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.
Isinya tentang peperangan 18 hari antara keluarga Pandawa dan Kurawa.
- Gatotkacasraya
Karangan Mpu Panuluh, menceritakan perkawinan
Abimanyu, putra Arjuna, dengan Siti Sundhari atas bantuan Gatotkaca, putra
Bima.Ditulis pada zaman Raja Jayabaya.
2) Pada
zaman Majapahit I
- Nagarakretagama
Ditulis pada zaman pemerintahan
Hayam Wuruk oleh Mpu Prapanca. Mengenai kerajaan Singasari dari masa
pemerintahan Ken Arok, raja pertama Singosari hingga Hayam Wuruk.
- Sutasoma
Karangan Mpu Tantular. Menceritakan
Sutasoma, putra raja yang kemudian mendalami agama Budha. Dalam kitab ini
terdapat kata Bhinneka tunggal ika,tan hana dharma mangrwa. Kata
bhinneka tunggal ika inilah yang kemudian menjadi semboyan persatuan kita.
- Arjunawijaya
Karangan Mpu Tantular. Kitab
mengisahkan raja Arjuna Sasrabahu dan Patih Sumantri melawan Raksasa Rahwana.
- Kutaramanawa
Ditulis oleh Gajah Mada. Disusun berdasarkan
kitab hukum Kutarasastra dan kitab hukum Munawasastra, dan kemudian disesuaikan
dengan hukum adat pada waktu itu.
3) Pada
zaman Majapahit II
- Pararaton
Pararaton berisi dongeng dan mitos.
Pengarangnya sampai sekarang belum diketahui. Terdiri atas 2 bagian. Bagian
pertama berisi riwayat Ken Arok sampai raja-raja Sigasari. Bagian kedua
mengisahkan Kerajaan Majapahit mulai dari Raden Wijaya, Jayanegara,
pemberontakan Ronggolawe dan Sora, Perang Bubad, dan daftar raja sesudah Hayam
Wuruk.
- Tantu Panggelaran
- Calon Arang
- Sundayana
- Paman Canggah
- Usana Bali
- Cerita Parahiyangan
- Bubhuksah dan Gagang Aking
Pada masa Islam muncul banyak karya
sastra seperti:
Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Perang
Pandawa Jaya, Hikayat Sri Rama, Hikayat Maharaja Rahwana, Hikayat Pancatantra.
Selain kitab ada pula cerita
panji seperti:
Syair Ken Tambunan, Lelakon Mahesa
Kuitir, Syair Panji Sumirang, Cerita Wayang Kinundang, Hikayat Panji Kuda
Sumirang, Hikayat Cekal Wenengpati, Hikayat Panji Wilakusuma.
Selain itu terdapat pula kitab suluk
(kitab yang bercorak magis, berisi ramalan, penentuan hari baik dan buruk, dan
pemberian makna terhadap suatu kejadian) seperti:
o
Suluk Sukrasa, menceritakan Ki Sukrasa yang mencari ilmu untuk
mendapatkan kesempurnaan.
o
Suluk Wujil, berisi wejanagan Sunan Bonang kepada Wujil, bekas
abdi Raja Majapahit.
o
Suluk Malang Sumirang, berisi pujian dan mengungkapkan seseorang
yang telah mencapai kesempurnaan dan bersatu dengan Tuhan YME.
Kitab yang ditulis oleh para
pujangga dari kerajaan Islam di Indonesia diantaranya:
a) Kitab
Bustanu’Issalatin, ditulis oleh Nuruddin ar-Raniri dari Aceh.Berisi
mengenai adat-istiadat Aceh dan ajaran agama Islam
b) Kitab
Sastra Gending, ditulis oleh Sultan Agung dari Mataram. Berisi tentang
ajaran-ajaran filsafat. Serta kitab Nitisruti, Nitisastra, dan Astabrata yang
bersumber pada kitab Ramayana. Berisi tentang tabiat baik.
c) Kitab
Ade Allopiloping Bicaranna Pabbahi’e oleh Amanna Gappa dari Makasar.
Berisi tentang hukum-hukum perniagaan bagi kerajaan Makasar.
3.
Dokumen
Dokumen adalah surat berharga yang tertulis
atau tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan. Dokumen-dokumen
tersebut harus didokumentasikan.
Sedangkan Dokumentasi itu
sendiri adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi
dari berbagai bidang. Dapat berupa pengumpulan bukti-bukti atau keterangan
seperti gambar, kutipan, guntingan koran, bahan referensi, dsb.
Dokumen merupakan sesuatu yang
sangat berharga baik itu bagi pemakainya maupun pembuatnya.
Kepulauan Indonesia, pada zaman kuno
terletak pada jalur perdagangan antara dua pusat perdagangan kuno, yaitu India
dan Cina. Letaknya dalam jalur perdagangan internasional ini memberikan
pengaruh yang sangat besar pada perkembangan sejarah kuno Indonesia. Kehadiran
orang India di kepulauan Indonesia memberikan pengaruh yang sangat besar pada
perkembangan di berbagai bidang di wilayah Indonesia.
Hal itu terjadi melalui proses akulturasi kebudayaan, yaitu proses percampuran antara unsur kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain sehingga terbentuk kebudayaan yang baru tanpa menghilangkan sama sekali masing-masing ciri khas dari kebudayaan lama.
Pengaruh India yang masuk ke Indonesia antara lain terlihat dalam bidang:
1. Budaya
Pengaruh budaya India di Indonesia sangat besar bahkan begitu mudah diterima di Indonesia hal ini dikarenakan unsur-unsur budaya tersebut telah ada dalam kebudayaan asli bangsa Indonesia, sehingga hal-hal baru yang mereka bawa mudah diserap dan dijadikan pelengkap.
Pengaruh kebudayaan India dalam kebudayaan Indonesia tampak pada:
· Seni Bangunan
Akulturasi dalam seni bangunan tampak pada bentuk bangunan candi.
Di India, candi merupakan kuil untuk memuja para dewa dengan bentuk stupa.
Di Indonesia, candi selain sebagai tempat pemujaan, juga berfungsi sebagai makam raja atau untuk tempat menyimpan abu jenazah sang raja yang telah meninggal. Candi sebagai tanda penghormatan masyarakat kerajaan tersebut terhadap sang raja.
Contohnya:
Ø Candi Kidal (di Malang), merupakan tempat Anusapati di perabukan.
Ø Candi Jago (di Malang), merupakan tempat Wisnuwardhana di perabukan.
Ø Candi Singosari (di Malang) merupakan tempat Kertanegara diperabukan.
Di atas makam sang raja biasanya didirikan patung raja yang mirip (merupakan perwujudan) dengan dewa yang dipujanya. Hal ini sebagai perpaduaan antara fungsi candi di India dan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia. Sehingga, bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya adalah punden berundak, yaitu bangunan tempat pemujaan roh nenek moyang.
Contoh ini dapat dilihat pada bangunan candi Borobudur.
· Seni rupa, dan seni ukir.
Akulturasi dalam bidang seni rupa, dan seni ukir terlihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian dinding candi.
Sebagai contoh: relief yang dipahatkan pada Candi Borobudur bukan hanya menggambarkan riwayat sang budha tetapi juga terdapat relief yang menggambarkan lingkungan alam Indonesia. Terdapat pula relief yang menggambarkan bentuk perahu bercadik yang menggambarkan kegiatan nenek moyang bangsa Indonesia pada masa itu.
· Seni Hias
Unsur-unsur India tampak pada hiasan-hiasan yang ada di Indonesia meskipun dapat dikatakan secara keseluruhan hiasan tersebut merupakan hiasan khas Indonesia.
Contoh hiasan : gelang, cincin, manik-manik.
· Aksara/tulisan
Berdasarkan bukti-bukti tertulis yang terdapat pada prasasti-prasasti(abad 5 M) tampak bahwa bangsa Indonesia telah mengenal huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Huruf Pallawa yang telah di-Indonesiakan dikenal dengan nama huruf Kawi. Sejak prasasti Dinoyo (760 M) maka huruf Kawi ini menjadi huruf yang dipakai di Indonesia dan bahasa Sansekerta tidak dipakai lagi dalam prasasti tetapi yang dipakai bahasa Kawi.Prasasti Dinoyo berhubungan erat dengan Candi Badut yang ada di Malang.
· Kesusastraan
Setelah kebudayaan tulis seni sastrapun mulai berkembang dengan pesat.
Seni sastra berbentuk prosa dan tembang (puisi). Tembang jawa kuno umumnya disebut kakawin. Irama kakawin didasarkan pada irama dari India.
Berdasarkan isinya, kesusastraan tersebut terdiri atas kitab keagamaan (tutur/pitutur), kitab hukum, kitab wiracarita (kepahlawanan) serta kitab cerita lainnya yang bertutur mengenai masalah keagamaan atau kesusilaan serta uraian sejarah, seperti Negarakertagama.
Bentuk wiracarita ternyata sangat terkenal di Indonesia, terutama kisah Ramayana dan Mahabarata. Kisah India itu kemudian digubah oleh para pujangga Indonesia, seperti Baratayudha yang digubah oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh. Berkembangnya karya sastra, terutama yang bersumber dari kisah Mahabarata dan Ramayana, telah melahirkan seni pertunjukan wayang kulit(wayang purwa).
Pertunjukkan wayang banyak mengandung nilai yang bersifat mendidik. Cerita dalam pertunjukkan wayang berasal dari India, tetapi wayangnya sendiri asli Indonesia. Bahkan muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia seperti tokoh punakawan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Tokoh-tokoh ini tidak ditemukan di India.
2. Pemerintahan
Sebelum kedatangan bangsa India, bangsa Indonesia telah mengenal sistem pemerintahan tetapi masih secara sederhana yaitu semacam pemerintahan di suatu desa atau daerah tertentu dimana rakyat mengangkat seorang pemimpin atau kepala suku. Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya adalah orang yang senior, arif, berwibawa, dapat membimbing serta memiliki kelebihan tertentu , termasuk dalam bidang ekonomi maupun dalam hal kekuatan gaib atau kesaktian.
Masuknya pengaruh India menyebabkan muncul sistem pemerintahan yang berbentuk kerajaan, yang diperintah oleh seorang raja secara turun-temurun. Peran raja di Indonesia berbeda dengan di India dimana raja memerintah dengan kekuasaan mutlak untuk menentukan segalanya. Di Indonesia, raja memerintah atas nama desa-desa dan daerah-daerah. Raja bertindak ke luar sebagai wakil rakyat yang mendapat wewenang penuh. Sedangkan ke dalam, raja sebagai lambang nenek moyang yang didewakan.
3. Sosial
Kehidupan sosial masyarakat di Indonesia mengikuti perkembangan zaman yang ada. Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia menerima dengan terbuka unsur-unsur yang datang dari luar, tetapi perkembangannya selalu disesuaikan dengan tradisi bangsa Indonesia sendiri.
Masuknya pengaruh India di Indonesia menyebabkan mulai adanya penerapan hukuman terhadap para pelanggar peraturan atau undang-undang juga diberlakukan. Hukum dan Peraturan menunjukkan bahwa suatu masyarakat itu sudah teratur dan rapi. Kehidupan sosial masyarakat Indonesia juga tampak pada sistem gotong-royong.
Dalam perkembangannya kehidupan sosial masyarakat Indonesia distratifikasikan berdasarkan kasta dan kedudukan dalam masyarakat (mulai mengenal sistem kasta)
4. Kepercayaan
Sebelum pengaruh India berkembang di Indonesia, masyarakat telah mengenal dan memiliki kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang dan benda-benda besar (animisme dan dinamisme).
Ketika agama dan kebudayaan Hindu-Budha tumbuh dan berkembang, bangsa Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha meskipun unsur kepercayaan asli tetap hidup sehingga kepercayaan agama Hindu-Budha bercampur dengan unsur penyembahan roh nenek moyang. Hal ini tampak pada fungsi candi di Indonesia.
Hal itu terjadi melalui proses akulturasi kebudayaan, yaitu proses percampuran antara unsur kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain sehingga terbentuk kebudayaan yang baru tanpa menghilangkan sama sekali masing-masing ciri khas dari kebudayaan lama.
Pengaruh India yang masuk ke Indonesia antara lain terlihat dalam bidang:
1. Budaya
Pengaruh budaya India di Indonesia sangat besar bahkan begitu mudah diterima di Indonesia hal ini dikarenakan unsur-unsur budaya tersebut telah ada dalam kebudayaan asli bangsa Indonesia, sehingga hal-hal baru yang mereka bawa mudah diserap dan dijadikan pelengkap.
Pengaruh kebudayaan India dalam kebudayaan Indonesia tampak pada:
· Seni Bangunan
Akulturasi dalam seni bangunan tampak pada bentuk bangunan candi.
Di India, candi merupakan kuil untuk memuja para dewa dengan bentuk stupa.
Di Indonesia, candi selain sebagai tempat pemujaan, juga berfungsi sebagai makam raja atau untuk tempat menyimpan abu jenazah sang raja yang telah meninggal. Candi sebagai tanda penghormatan masyarakat kerajaan tersebut terhadap sang raja.
Contohnya:
Ø Candi Kidal (di Malang), merupakan tempat Anusapati di perabukan.
Ø Candi Jago (di Malang), merupakan tempat Wisnuwardhana di perabukan.
Ø Candi Singosari (di Malang) merupakan tempat Kertanegara diperabukan.
Di atas makam sang raja biasanya didirikan patung raja yang mirip (merupakan perwujudan) dengan dewa yang dipujanya. Hal ini sebagai perpaduaan antara fungsi candi di India dan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia. Sehingga, bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya adalah punden berundak, yaitu bangunan tempat pemujaan roh nenek moyang.
Contoh ini dapat dilihat pada bangunan candi Borobudur.
· Seni rupa, dan seni ukir.
Akulturasi dalam bidang seni rupa, dan seni ukir terlihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian dinding candi.
Sebagai contoh: relief yang dipahatkan pada Candi Borobudur bukan hanya menggambarkan riwayat sang budha tetapi juga terdapat relief yang menggambarkan lingkungan alam Indonesia. Terdapat pula relief yang menggambarkan bentuk perahu bercadik yang menggambarkan kegiatan nenek moyang bangsa Indonesia pada masa itu.
· Seni Hias
Unsur-unsur India tampak pada hiasan-hiasan yang ada di Indonesia meskipun dapat dikatakan secara keseluruhan hiasan tersebut merupakan hiasan khas Indonesia.
Contoh hiasan : gelang, cincin, manik-manik.
· Aksara/tulisan
Berdasarkan bukti-bukti tertulis yang terdapat pada prasasti-prasasti(abad 5 M) tampak bahwa bangsa Indonesia telah mengenal huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Huruf Pallawa yang telah di-Indonesiakan dikenal dengan nama huruf Kawi. Sejak prasasti Dinoyo (760 M) maka huruf Kawi ini menjadi huruf yang dipakai di Indonesia dan bahasa Sansekerta tidak dipakai lagi dalam prasasti tetapi yang dipakai bahasa Kawi.Prasasti Dinoyo berhubungan erat dengan Candi Badut yang ada di Malang.
· Kesusastraan
Setelah kebudayaan tulis seni sastrapun mulai berkembang dengan pesat.
Seni sastra berbentuk prosa dan tembang (puisi). Tembang jawa kuno umumnya disebut kakawin. Irama kakawin didasarkan pada irama dari India.
Berdasarkan isinya, kesusastraan tersebut terdiri atas kitab keagamaan (tutur/pitutur), kitab hukum, kitab wiracarita (kepahlawanan) serta kitab cerita lainnya yang bertutur mengenai masalah keagamaan atau kesusilaan serta uraian sejarah, seperti Negarakertagama.
Bentuk wiracarita ternyata sangat terkenal di Indonesia, terutama kisah Ramayana dan Mahabarata. Kisah India itu kemudian digubah oleh para pujangga Indonesia, seperti Baratayudha yang digubah oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh. Berkembangnya karya sastra, terutama yang bersumber dari kisah Mahabarata dan Ramayana, telah melahirkan seni pertunjukan wayang kulit(wayang purwa).
Pertunjukkan wayang banyak mengandung nilai yang bersifat mendidik. Cerita dalam pertunjukkan wayang berasal dari India, tetapi wayangnya sendiri asli Indonesia. Bahkan muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia seperti tokoh punakawan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Tokoh-tokoh ini tidak ditemukan di India.
2. Pemerintahan
Sebelum kedatangan bangsa India, bangsa Indonesia telah mengenal sistem pemerintahan tetapi masih secara sederhana yaitu semacam pemerintahan di suatu desa atau daerah tertentu dimana rakyat mengangkat seorang pemimpin atau kepala suku. Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya adalah orang yang senior, arif, berwibawa, dapat membimbing serta memiliki kelebihan tertentu , termasuk dalam bidang ekonomi maupun dalam hal kekuatan gaib atau kesaktian.
Masuknya pengaruh India menyebabkan muncul sistem pemerintahan yang berbentuk kerajaan, yang diperintah oleh seorang raja secara turun-temurun. Peran raja di Indonesia berbeda dengan di India dimana raja memerintah dengan kekuasaan mutlak untuk menentukan segalanya. Di Indonesia, raja memerintah atas nama desa-desa dan daerah-daerah. Raja bertindak ke luar sebagai wakil rakyat yang mendapat wewenang penuh. Sedangkan ke dalam, raja sebagai lambang nenek moyang yang didewakan.
3. Sosial
Kehidupan sosial masyarakat di Indonesia mengikuti perkembangan zaman yang ada. Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia menerima dengan terbuka unsur-unsur yang datang dari luar, tetapi perkembangannya selalu disesuaikan dengan tradisi bangsa Indonesia sendiri.
Masuknya pengaruh India di Indonesia menyebabkan mulai adanya penerapan hukuman terhadap para pelanggar peraturan atau undang-undang juga diberlakukan. Hukum dan Peraturan menunjukkan bahwa suatu masyarakat itu sudah teratur dan rapi. Kehidupan sosial masyarakat Indonesia juga tampak pada sistem gotong-royong.
Dalam perkembangannya kehidupan sosial masyarakat Indonesia distratifikasikan berdasarkan kasta dan kedudukan dalam masyarakat (mulai mengenal sistem kasta)
4. Kepercayaan
Sebelum pengaruh India berkembang di Indonesia, masyarakat telah mengenal dan memiliki kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang dan benda-benda besar (animisme dan dinamisme).
Ketika agama dan kebudayaan Hindu-Budha tumbuh dan berkembang, bangsa Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha meskipun unsur kepercayaan asli tetap hidup sehingga kepercayaan agama Hindu-Budha bercampur dengan unsur penyembahan roh nenek moyang. Hal ini tampak pada fungsi candi di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar